So this story begin with the smartness of the foolish me... haha
Jam
  20.45, Minggu 12/5, baru aja selesai makan bebek dan meluncur pulang 
ke  kosan tercinta naek bebek (juga, tapi) otomatic. Then the great 
foolish  of me read the nice big colorful advertisement  about Festival 
Tari  Budaya Riau that I read the day before too. With all the curious 
and
  handsome eyes of mine, ngliat keramaian di sebelah kiri iklan. Mengira
  kalau itu acara nya masih on. So, daripada langsung pulang mending  
nonton. kali aja dapat hal menarik, selain juga ngisi waktu yang  
kayaknya sayang kalo dilewatkan dikosan.
(jadi
 kangen seseorang yang ga  bisa nemenin karena satu dan lain hal yang 
tidak bisa disebutkan satu  per satu karena alasan privasi yang sangat 
rumit dan akan panjang lebar  kalau disebutkan disini, hohoho) :P
so,
 the smart foolish me, take  the nice chance to see the Mojang of Riau, 
haha (ssttt, dont be to loud,  im afraid she would read this and with 
all her jealousy, she would kill  more of the mosquito then she should. 
cz, you know im an animal lover,  including that annoying mosquito... 
{but dont believe it, i lied!} haha)
waktu mo masuk, dimintain bayar parkir. and the ganteng me ask (M=me;T=them):
M: Acara sampe jam berapa bang?
T: Jam satu-an paling
M:
  (WTF, acara apa nih nyampe jam 1 malem? but, think positively: mungkin
  emang dah berubah trendnya, X-factor aja nyampe jam 1 boleh masak tari
  ga? ya kan! haha)
M: oh, ok deh.
tanpa babibu 
mengeluarkan  uang dari dompet lecek bergambar Pangeran Antasari (lebih 
dari standar  biasa yang bergambar sang Kapten Pattimura). lalu 
memasukkan bebek putih  menuju pelataran depan Gedung Taman Budaya 
Pekanbaru.
and I found  something so wrong about it: 
Banyak anak muda berkaos hitam berlalu  lalang (koq bisa? ini tariannya 
ada sisi darknya kali yah?)and then its all answered in the ticketing 
area. What i heard is not some tradisional music that i expected.it was 
some raw sound of the darkness it self, suara musik metal! haha
in  the ticketing door, i stop for a moment. and think, "Masuk ga ya?"
Whatever
 lah, daripada di kosan. Selain pengen liat juga nih band  indienya 
pekanbaru kyak gimana.bayar HTM dengan selembar kertas  bergambar... apa
 yah? koq lupa... pokoknya 50 puluh ribuan lah... hohoho  :P dan 
ternyata dikembalikan setengahnya. Well, not really expensive but not 
cheap either.. T.Tga  papa lah dah nyampe sini juga. "Yen wani aja 
wedi2, yen wedi aja  wani2," said Ki Manteb Sudarsono. (emang mo ngapain
 pake berani2an  segala. -.-')
something i notice is that,
 the girl that  surrounding this area is not ugly (if you know what i 
mean) even with  their black Tshirt and so on...you ask why? i dont 
know. (even though i have some theory.. B))
oke,  get the 
ticket and bonus sticker, get stamped in hand, and get in.  disambut 
suara gahar khas death metal: raungan gitar distorsi, double  pedal 
drum, sama suara teriakan serak nada bawah si vokalisnya.
So, what do i do now?! i ask my handsome self.
enjoy it! F* Yeah!
but
 you know what, dont expect me to enjoy it with ber-pogo ria. Man, F* 
NO! hahauda salah kostum saya masuk, tengsin dan sayang dompet ma HP 
juga kalo ikutan berjingkrak-jingkrak trus jatoh dan ilang.
Jadi?
  duduk sajalah melihat dari kejauhan, bersama banyak penonton lain yang
  juga hanya duduk ria, meski tidak sama2 memakai baju berwarna cerah  
seperti saya.. -.-'
and then i got the epiphany to write about what i tought about this whole death metal thing.
So lets begin the serious thing, once again This Is Serious! 
You've Been Warned !!! :P
gue
  bukan penggemar musik metal, tapi gue termasuk hobi dengan musik. i  
have a APX500II in my room. gue dengerin hampir semua genre musik dan  
menikmatinya. mulai dari yang tradisional: gamelan dan karawitannya  
jawa, Klasik, Mainstrem:pop, rock; sampai yang anti mainstream kayak nih
  death metal. So, this is what i feel and what i thought about it.
musik
  metal tetep saja musik. sebagai musik dia tetep memakai unsur utamanya
  yaitu ritme (ketukan). dan begitu ketukan ini menyatu dengan riff 
simple  yang pas... pendengarnya akan tersihir mirip dengan sihiran dari
 suara  musik Reog. Begitu mendengar dan mencoba menikmatinya pilihannya
 cuma 2 bagi pendengar: Trance dengan musiknya  atau tertegun 
melihatnnya, eh, mendengarnya. kalau anda pernah menonton pertunjukan 
reog, penontonnya tidak ada yang gaduh atau mengobrol sendiri ketika 
menonton. tapi ditengah arena yang "kesurupan" ngibing bersama musik 
reog. tidak jauh berbeda dengan keadaan sekarang. yang berpogo kayak 
orang kesetanan, dan yang nonton terpaku nonton dan mendengarkan, kyak 
segan mo bergerak ato bicara.
Beda keduanya musik metal  bertempo jauh-jauh lebih cepat dibanding musik reog, dan yah lebih disturbing.
dicermati
 dari segi bentuk,  musik metal adalah musik kemarahan. dan saya punya 
petikan kata2 yang  bagus dari house mengenai hal itu:
"
Dr. House:
  This is our fault. Doctors over-prescribing antibiotics. Got a cold?  
Take some penicillin. Sniffles? No problem. Have some azithromycin. Is  
that not working anymore? Well, got your Levaquin. Antibacterial soaps  
in every bathroom. We'll be adding vancomycin to the water supply soon. 
 We bred these superbugs. They're our babies. And they're all grown up  
and they've got body piercings and a lot of anger.
"
House, Episode 4: Maternity, Season 1.
well,
  House ngomong klo kemarahan ini karena nih anak-anak terlalu 
dilindungi  oleh antibiotik. sangking dilindunginya jadi tumbuh tanpa 
banyak kena  sakit, akibatnya ketika telah tumbuh ABG jadi masang tindik
 dan punya  berbagai kemarahan, karena ga pernah mendapat kesempatan 
belajar  memerangi rasa sakit itu sendiri.
its, a hell of theory.
jadi
  inget Tyler Durden-nya Fight Club yang mengusung ideologi (nggak gitu 
 yakin klo disebut ideologi juga, mungkin pemikirian tepatnya)  
selfdestruction. Ketika pertama kali pukul-pukulan yang menjadi cikal  
bakal fight club, dia bilang: "Pukul aku."  "kenapa?" "pukul aja! aku  
nggak mau mati tanpa baret luka, seperti mobil klasik yang mulus. Terasa
  begitu sia-sia. haha"
and so this generation is not 
going to  self destruction of Tyler Durden or piercing like what House 
said. They  go to music. and this Angry Generation with art  make this 
death  metal born.
well, that just my theory too, as a story and without any research on this music genre. hehe.
So
  i go home, after some song, with some adrenalin left in the blood.  
Outside the gig place, everything feel so calm. Feel like nothing can  
stop you, with the heart rate at the top notch.
Now i know, why we like to go the place like ancol and bayar mahal cuma untuk ditakuti.
Adrenalin.
same with what i feel before.
and thats it. with it, i rest my notes. :)
PS: Late post from my  facebook notes on 13 May 2013.